Rajesh Saja

Rajesh Saja

1 November 2010

Kontribusi Untuk Negeri

KONTRIBUSI UNTUK NEGERI
Siapa diantara kita yang tidak mengetahui kata-kata mutiara dari Presiden pertama Republik Indonesia Bapak Ir. Soekarno yang menggambarkan begitu dahsyatnya kekuatan dalam diri pemuda “ Berikanlah padaku 10 orang pemuda, maka aku akan mampu mengguncang dunia”. Sang proklamator negeri ini saja begitu memahami dan mendalami kekuatan  besar yang tersimpan dari seorang pemuda. Karena pemuda adalah tonggak kemajuan suatu bangsa, investasi yang paling mahal bagi suatu negara, garda terdepan melejitkan nusa di mata dunia. Semangat yang ada dalam dirinya bagaikan bom waktu yang mampu menghancurkan serta mewujudkan apa saja yang diinginkannya. Ucapan dari sang proklamator telah tergambarkan oleh peristiwa Soempah Pemoeda dan berdirinya organisasi Budi Utomo. Merdekanya negeri ini pun tidak terlepas dari peran besar pemuda Indonesia yang dibimbing oleh petuah para tetua yang bijaksana.
Gebrakan pemuda Indonesia pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang paling fenomenal ialah saat tragedi reformasi 1998. Dimana pemuda menjadi ujung tombak reformasi. Namun yang membuat miris ialah setelah itu para pemuda tidak mampu memberikan solusi dan kontribusi untuk kebangkitan negeri ini, ini tergambar dari arogansi pemuda yang saling sikut antara satu dan lainnya.
Diantara kemerosotan sumbangsih serta partisipasi pemuda Indonesia untuk kemajuan bangsa dan negara kita , ternyata masih ada sekelompok pemuda Indonesia yang terus berupaya mengaktualisasikan semangat yang membara di dalam dirinya seiring merasuknya semangat para leluhur mereka yang telah menghapuskan segala kearoganan primordialisme demi persatuan dan kesatuan bangsa dalam suatu kegiatan yang positif. Kelompok pemuda ini merupakan gambaran mini pemuda-pemudi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan pemuda itu ialah Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri Regional Kampus Bukittinggi.
Pada tanggal 30 oktober 2010 yang lalu, Wahana Wyata Praja Dinas Kesenian dan Olahraga IPDN Regional kampus Bukittinggi menyelenggarakan sebuah event besar bertajuk Gelar kreativitas Nindya Praja yang kali ini mengambil tema “ Generasi Bangsa Berkreasi dalam Satu Pengabdian “. Acara yang di ketuai oleh Nindya Wanita Praja I Gusti Agung A.A Ratih ini tergolong sukses, ini tergambar dari apresiasi dan pujian para tamu undangan yang dengan kemurahan hati serta komitmen dukungannya kepada generasi bangsa rela datang jauh-jauh hanya untuk menghadiri acara yang penuh makna tersebut. Mereka seakan tidak percaya bahwa praja lah yang menjadi aktor dalam seluruh kegiatan tersebut. Yang lebih special lagi acara ini dihadiri oleh 96 Nindya Praja dari Regional Kampus Pekanbaru. Satu angkatan yang telah lama terpisahkan demi sebuah kebijakan keberlanjutan lembaga IPDN, akhirnya bertemu kembali dalam suatu moment yang sensasional. Moment ini pun seakan menjadi “hadiah cinta” dari Nindya Praja regional Bukittinggi untuk Nindya Praja Regional Pekanbaru. Acara ini juga merupakan rangkaian muhibah kesenian dan olahraga antara Regional kampus Bukittinggi dengan Regional kampus Pekanbaru.
Acara yang dibuka dengan penampilan Tari Pasambahan dari daerah Sumatera Barat itu cukup unik, penari tarian itu bukanlah praja dari pendaftaran Sumatera Barat saja melainkan gabungan praja dari setiap wilayah mulai dari Aceh hingga Papua. Standing applouse pun disematkan pada mereka yang mampu menghilangkan arogansi daerahnya demi satu tujuan yaitu melestarikan kebudayaan Indonesia. Ditambah lagi dengan parade fashion show yang menampilkan baju-baju daerah seperti Sulawesi selatan, Kepulauan Riau, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Aceh dan Bali semakin menegaskan bahwa BHINEKA NARA EKA BAKTI telah menyatu dengan jiwa seluruh praja di Regional Kampus Bukittinggi. Perlu diketahui bahwa Peserta didik IPDN adalah gabungan putra-putri terbaik dari seluruh nusantara, yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda tiap masing-masing daerah, namun praja mampu meleburkan itu semua dengan sebuah kedewasaan cara berpikir. Ini seperti mengingatkan kita kembali pada misi mulia dari adanya kesatuan sikap pemuda Indonesia saat itu yang diwujudkan dengan “ Sumpah Pemuda”.
Acara dilanjutkan dengan kata-kata sambutan dari pimpinan masing-masing kampus regional yang saling bersahut antara satu dan lainnya baik itu dari Direktur maupun dari Bupati Praja. Kemudian kreatifitas praja khususnya dalam hal bermusik mulai terdengar, Praja dari kedua kampus regional saling menyuguhkan bakat terpendamnya untuk menghibur penonton yang memadati aula kampus IPDN Regional Bukittinggi malam itu.
Setelah itu barulah penampilan puisi oleh Nindya Praja Yudha Rajasa. Ada satu pelajaran berharga yang dapat kita reguk dari pesan tersirat yang disampaikan yakni penghargaan dari kaum muda (Praja) untuk mereka kaum tua (Pengasuh) yang dengan ikhlas telah mendidik dan membina para calon pemimpin bangsa untuk menjadi Pamong Praja muda yang berkarakter santun, jujur, bertanggung jawab, visioner dan kreatif. Lalu dilanjutkan dengan penampilan unit kegiatan Theater Persada yang dalam penampilan kali ini lebih menekankan pada perbedaan yang ada pada masing-masing regional. Karena memang struktur dan kebudayaan masyarakat setempat serta gaya kepemimpinan sang Direktur lah yang membuat perbedaan antara masing-masing regional. Namun hal itu mesti disikapi dengan arif dengan mengakui kelebihan dan kekurangan masing-masing kampus regional. Yang terpenting ialah seluruh kegiatan praja dari bangun pagi hingga tidur lagi masih dalam koridor aturan PETADUPRA( Peraturan Tata Kehidupan Praja). Tak ketinggalan pula acara hiburan lainnya seperti Debus dan Modern dance ikut meramaikan acara tersebut.
Acara seperti ini patut untuk terus kita lestarikan. Disinilah kita bisa melihat seperti apa potret pemuda harapan masa depan Indonesia. Untuk itulah dibutuhkan kombinasi simbiosis mutualisme antara kaum muda ( Praja IPDN ) dengan kaum Tua( Pemerintah, Lembaga IPDN, Pengasuh) untuk saling mensinergikan kekuatan dan semangat dari kaum muda dan kebijaksaan dan pengalaman hidup dari golongan tua. Dimana telah saatnyalah kaum muda diberdayakan agar terus tercipta regenerasi kepemimpinan di negara kita dan kaum tua lebih memposisikan dirinya sebagai pembimbing.
BERBAKTILAH PADA NEGERI DENGAN KONTRIBUSI TIADA HENTI.
MAJULAH TERUS PEMUDA INDONESIA. MARI BERSUARA KARENA KITA SUDAH MERDEKA

Article By: NP. Yudha Rajasa

3 komentar:

  1. cailah sai...
    pemikiran na.. MANTAP!!
    hahahaahhhaha..
    like this la..
    lanjud kan!!!
    semangadd.. **

    BalasHapus
  2. ehyaa..
    kirim to masuin aj tulisan vi ke koran..
    hehehhehehehe..
    kan lumayan tu..
    bisa di baca banyak orang n dapat hepeng..
    hihihi

    BalasHapus
  3. belum saatnya cin ..
    masih dangkal menurut vi pembahasannya,,hehehe
    tapi thanks for you support to me beloved
    vi cuman baru ingin mengajukan baacaan untuk kalangan kampus aja

    doain ya,,hehehe

    BalasHapus